Sehat dan selamat, dua kata yang semua orang setuju bahwa hidup mereka didedikasikan penuh dalam upaya mencapai sehat dan selamat tersebut, tetapi pada kenyataannnya jangankan untuk orang lain, upaya untuk diri mereka sendiri saja susah dijalankan. Perilaku manusia untuk sehat dan selamat sangat bervariasi tergantung banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Untuk itu pemahaman akan teori dan model perilaku sehat dan selamat yang ada untuk membantu menganalisa mengapa upaya sehat dan selamat untuk diri mereka sendiri saja tidak gampang diterapkan.
Perilaku manusia disini adalah semua kegiatan manusia baik yang diucapkan maupun yang dilakukan dan dapat diamati langsung maupun yang tidak oleh pihak luar. Perilaku juga merupakan hasil dari pikiran, perasaan atau yang sesuatu diyakini. Demikian juga dengan perilaku sehat dan selamat manusia (health and safe behavior) bisa dilihat secara mikro yaitu dari diri sendiri, maupun secara makro yaitu melibatkan pihak lain atau lingkungan dan organisasi. Materi selanjutnya menjelaskan pemahaman terkait teori perilaku sehat dan selamat yang berkembang sampai dengan sekarang.
Pada bagian pertama ini kita akan membahas Teori & Model Perilaku Sehat. Untuk memahami perilaku sehat tersebut, ada beberapa pendekatan teori atau model yang akan dijelaskan disini. Paling tidak ada 4 (empat) teori terkait perilaku sehat (health behavior)
Teori & Model Perilaku Sehat
Health Belief Model (HBM)
Health Belief Model awalnya dirancang untuk mengetahui kenapa orang tidak mau ikut suatu program pencegahan penyakit. Setelah diteliti ternyata seorang akan menampilkan suatu perilaku sehat tertentu (dalam hal ini mengikuti program) ketika ia menilainya secara positif atau dengan kata lain mempunyai persepsi positif akan program tersebut.
HBM ini awalnya oleh Hochbaum dan dikembangkan oleh M. Rosenstock dan Becker yang kemudian merumuskan bahwa perilaku seseorang untuk hidup sehat dipengaruhi beberapa tahapan persepsi, yaitu:
1. Perceived susceptibility – kerentanan yang dirasakan/diketahui, |
2. Perceived severity – keparahan/kerugian/bahaya/kesakitan yang dirasakan, |
3. Perceived benefits of action – keuntungan/manfaat yang diperoleh/dirasakan, |
4. Perceived barriers to action – penghalang/hambatan yang dirasakan, • Cues to action – tanda/semangat untuk melakukan tindakan, |
Tahapan tersebut diatas dilakukan dengan tujuan atau upaya diri untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri. Jadi kunci dari HBM ini dalah bagaimana persepsi seseorang diarahkan atau diubah terkebih dahulu agar mau berperilaku sehat.
Theory of Reasoned Action (TRA)
Theory of Reasoned Action adalah dasar teori untuk memprediksi perilaku manusia berdasarkan niat dari seseorang. Dikembangkan oleh Fishbein dan Azjen, TRA menunjukkan bahwa setiap individu didasari niat dan juga mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka sebelum mereka melakukan perilaku tertentu. Faktor norma di lingkungan dan sikap seseorang menjadi dasar niat dalam tiap perilaku seseorang.
Model TRA ini masih dalam rangka pemikiran Liniear Thinking, sehingga dapat diurutkan faktor apa saja yang berpengaruh dalam perilaku seseorang. Untuk menimbulkan niat, maka dibaliknya perlu perhatian terhadap norm dan attitude terlebih dahulu. Dalam perjalanannya TRA ini berkembang menjadi Theory of Planned Behavior (TPB)
Social Cognitive Theory (SCT)
Social Cognitive Theory merupakan salah satu teori pengaruh lingkungan terhadap perilaku seseorang. Albert Bandura sebagai pelopor Social Learning Theory memiliki sudut pandang dan hipotetis bahwa observational learning tidak akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang kecuali lingkungan tersebut mendukung perubahan perilaku.
Asumsi dasar dari SCT adalah perilaku terjadi karena proses kognitif dan interaksi dengan orang lain serta lingkungan di sekitarnya. Salah satu dukungan lingkungan untuk perubahan perilaku adalah incentive motivation, contohnya dengan menggunakan hukuman atau hadiah yang diberikan pada perilaku tertentu (award untuk yang diinginkan atau punishment untuk yang tidak diinginkan). Metode ini sudah masuk dalam ranah System Thinking karena melihat Lingkungan dan Pelaku (person) selain Perilaku.
Trans Theorytical Model (TTM)
Trans Theorytical Model yang juga dikenal sebagai the Stages of Change Model, dikembangkan oleh James Prochaska & Carlo DiClemente yang muncul dari analisis komparatif teori-teori terkemuka psikologi dan perubahan perilaku. Dasar dari model ini adalah perubahan perilaku yang merupakan sebuah proses, tahapan kapan dan bagaimana.
perubahan dilalui seseorang. TTM juga adalah sebuah model untuk menilai kesiapan individu untuk bertindak dengan perilaku yang sehat atau menghentikan perilaku yang tidak sehat.
Inti dari model ini adalah bahwa individu terlibat dalam berbagai perilaku yang baru, mereka berpindah melalui suatu rangkaian perubahan yang terdiri dari 5 (lima) tahap, yaitu :
- Pra-kontemplasi yaitu keadaan dimana tidak ada niat mengubah perilaku tertentu di masa yang akan datang meskipun sudah mendapat informasi negatif,
- Kontemplasi yang ditandai oleh sebuah kesadaran mengenai sebuah masalah perilaku dan serangkaian pertimbangan untuk mengubah perilaku itu,
- Persiapan individu dalam mempersiapkan perilaku dan berbagai rencana untuk mengubah perilaku pada waktu yang akan datang,
- Tindakan atau berbagai upaya nyata saat ini yang dibuat untuk mengubah perilaku,
- Pengelolaan upaya yang berkelanjutan untuk menstabilkan perubahan perilaku dalam waktu tertentu.
Baca Juga Bagian 2 : Teori & Model Perilaku Selamat
Kesimpulan
Setelah memahami teori perilaku sehat dan selamat tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu kondisi tidak sehat maupun kecelakaan ternyata dipengaruhi oleh faktor manusia sebagi pelaku atau korban itu sendiri. Tetapi manusia tidak menjadi faktor utama terjadinya kondisi tersebut. Banyak kontribusi dari faktor luar, bahkan organisasi atau lingkungan sosial memberi kontribusi juga atas kondisi tersebut.
Tidak ada teori apalagi alat (tools) yang paling benar atau paling tepat dalam memahami suatu kondisi, karena cara pandangnya yang berbeda. Teori atau model ibarat sebagai ‘pisau’ untuk melakukan analisa terhadap suatu kejadian maupun usaha untuk pencegahan. Cara pandang yang luas dan komprehensif memungkinkan kita sebagai pengambil keputusan mempertimbangkan banyak hal sebelum memberikan keputusan, baik yang sifatnya investigatif maupun yang bersifat preventif. Terutama karena membuat dan membenahi pertahanan lebih baik dari pada mencari penyebab terjadinya kasus kesehatan maupun kecelakaan.
Sumber & Referensi :
- Health Behavior and Health Education, 2008, Karen Glanz, Barbara K. Rimer, K. Viswanath
- Colleen R. Health Behavior Model. 2000;3:183-184
- Montano, D. E., & Kasprzyk, D. (2008). Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice. San Fransisco.
- Sharma, M., & Romas, J. A. (2012). Theoritical Foundations of Health Education and Health Promotion. Sudbury, MA: Jones & Bartlett Learningg.
- Prabowo, L.K., (2013), Makalah Pemahaman Teori Perilaku Sehat dan Selamat, Universitas Indonesia